Implementasi Pembelajaran Mendalam Pada Kurikulum PAUD  |”Mendorong Guru TK Menjadi Pengembang Budaya Belajar”

Oleh : Ressy Riezki Chairani, S.Pd, M.Pd (NS Implementasi PM pada Kurikulum PAUD)

 Kurikulum Merdeka untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) membawa semangat baru dalam dunia pendidikan: menempatkan anak sebagai subjek utama dalam proses belajar. Kurikulum ini tidak hanya menekankan pada pencapaian kompetensi, tetapi juga menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna dan menyenangkan, sinilah peran Pembelajaran Mendalam (deep learning) menjadi sangat penting, dan saya bersyukur dipercaya sebagai salah satu narasumber yang mendampingi para guru TK dalam menghidupkan semangat ini di ruang-ruang kelas. karena saya merasakan sendiri bagaimana peran ini bukan hanya berbagi pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan semangat perubahan dan kolaborasi di antara para guru TK.

Pembelajaran Mendalam: Menyentuh Esensi Belajar Anak Usia Dini

Dalam berbagai pelatihan dan pendampingan, saya kerap menekankan bahwa pembelajaran mendalam bukan tentang mempercepat anak bisa membaca atau berhitung, melainkan membantu anak:

• Membangun rasa ingin tahu alami melalui eksplorasi langsung,
• Mengaitkan pengetahuan dengan pengalaman sehari-hari, dan
• Belajar secara sosial dan emosional melalui interaksi yang bermakna.

Saya sering mengajak guru-guru untuk tidak sekadar menyusun RPP atau modul ajar, tetapi merancang “pengalaman belajar” yang memahami, mengaplikasikan dan merefleksi.

Mendampingi Guru-Guru TK: Dari Keraguan Menuju Keyakinan

Dalam berbagai pelatihan dan pendampingan yang saya lakukan di sekolah maupun melalui komunitas belajar, saya banyak menjumpai guru yang awalnya ragu “ bagaimana bisa mengajar tanpa lembar kerja” atau bagaimana bila tujuan pembelajaran tidak tercapai ?”

Pertanyaan-pertanyaan ini sangat wajar, mengingat pergeseran kurikulum mengharuskan perubahan cara pikir dan kebiasaan.

Namun, ketika guru diberi ruang untuk berdiskusi, mencoba praktik, dan merefleksikan pengalamannya, perubahan mulai terlihat. Salah satu sekolah yang saya dampingi mengadakan proyek “Kebun Sekolah” bersama anak-anak. Dari kegiatan sederhana ini, anak belajar tentang alam, kerja sama, rasa tanggung jawab, hingga mengenal proses tumbuh tanaman, semua terjadi secara alami dan menyenangkan.

Guru-guru yang awalnya khawatir, mulai berkata, “Ternyata anak bisa belajar banyak tanpa harus duduk diam.”

Peran Narasumber: Menjadi Teman Belajar, Bukan Pengarah

Peran saya sebagai narasumber bukan sekadar menyampaikan materi. Saya lebih banyak menjadi fasilitator diskusi, memberikan contoh praktik baik, dan mendampingi guru menyusun rencana kegiatan belajar berbasis minat anak. Kami banyak berdiskusi tentang:

• Bagaimana merancang kegiatan yang fleksibel tetapi tetap terstruktur.
• Bagaimana menggunakan asesmen formatif untuk mengenal perkembangan anak.
• Bagaimana menjadi guru yang reflektif: mengevaluasi diri dan terus belajar dari pengalaman.

Saya juga menginisiasi terbentuknya komunitas belajar antar guru TK di beberapa wilayah sebagai wadah berbagi inspirasi dan praktik baik.

Menutup dengan Harapan

Guru TK adalah pilar utama dalam mewujudkan pembelajaran bermakna bagi anak usia dini. Sebagai guru TK dan narasumber, saya percaya bahwa pendidikan anak usia dini adalah pondasi dari semua jenjang pendidikan. Semakin dalam dan bermakna pengalaman belajar anak sejak dini, semakin kuat fondasi kecakapan hidupnya di masa depan. Maka dari itu, saya mengajak seluruh guru TK untuk tidak takut berubah. Mari jadikan pembelajaran mendalam sebagai cara kita menghadirkan proses pembelajaran yang menyenangkan, relevan, dan berdampak. Peran narasumber pembelajaran mendalam sangat penting dalam memberdayakan guru agar mampu melaksanakan kurikulum dengan tepat, kreatif, dan berpihak pada anak. saya hadir bukan sebagai pengarah, tapi sebagai teman belajar yang menguatkan para guru dalam menjalani peran mulianya. Dengan dukungan yang berkelanjutan, kita dapat memastikan bahwa setiap anak mendapatkan pengalaman belajar yang berkesadaran, bermakna dan menyenangkan sejak usia dini. Karena sejatinya, pembelajaran mendalam bukan hanya untuk anak tetapi juga untuk kita, para pendidik.