Implementasi Wiwara Indonesiana.tv di Kelas TK: Menyemai Karakter dan Literasi melalui Tayangan Bermakna

Ressy Riezki Chairani, S.Pd, M.Pd

Wiwara adalah modul pemanfaatan konten program Indonesiana TV yang menjadi bagian dari praktik pendidikan kebudayaan. Disusun oleh para guru penggerak dan widyaiswara .Wiwara hadir sebagai pemantik diskusi dan refleksi pembelajaran, yang memadukan unsur budaya, karakter, dan literasi melalui konten audio-visual yang kritis, kreatif, dan menarik. Diharapkan Wiwara dapat menjadi pemantik diskusi di kelas, mendorong siswa untuk berpikir kritis dan berdialog mengenai budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

Dalam implementasinya, Wiwara memiliki fitur-fitur khas seperti:

- Aktivitas pembuka (misalnya curah pendapat atau pengantar visual),

- Percikan info (pengetahuan tambahan seputar topik),

- Pertanyaan kritis dan reflektif,

- Aktivitas kreatif berbasis tayangan, dan

- Ide kegiatan kolaboratif seperti sosiodrama, cosplay hewan, permainan emosi, dan eksplorasi minat.

Sebagai guru TK, saya melihat Wiwara sangat relevan untuk:

- Mengembangkan literasi awal melalui cerita-cerita yang dekat dengan dunia anak.

- Menanamkan nilai karakter seperti tolong-menolong, empati, dan kejujuran melalui kisah fabel yang penuh makna.

- Meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang disesuaikan dengan usia anak.

- Menguatkan kecintaan terhadap budaya lokal melalui pengenalan tokoh, situs sejarah, dan cerita rakyat Indonesia.

- Mendukung pembelajaran berbasis proyek dan bermain, selaras dengan pendekatan pembelajaran PAUD.

Implementasi Wiwara saya lakukan selama bulan Juli hingga awal Agustus 2025, dalam rangkaian kegiatan tematik mingguan. Setiap minggu saya memilih satu episode tayangan dari Indonesiana.tv yang sesuai dengan topik pembelajaran, seperti:

- Kerbau, Lembu dan Buaya (tema: fabel dan budaya candi),

- Penumbra: Perjalanan Miroto (tema: ekspresi diri dan seni),

- dan tayangan lain yang kaya pesan moral dan nilai budaya.

Wiwara saya terapkan di dalam kelas K2 di Paramount, pada saat kegiatan story time dan literasi tematik, serta dikembangkan dalam kegiatan seni, eksplorasi emosi, dan projek mini bersama kelompok anak. Lingkungan kelas pun disiapkan menjadi ruang yang ramah tayangan: proyektor mini, alas duduk nyaman, serta sudut eksplorasi gambar dan tulisan hasil refleksi anak.

Langkah implementasi Wiwara di kelas saya meliputi:

1. Pemilihan tayangan sesuai tema dan usia anak (PAUD).
2. Aktivitas pembuka: misalnya curah pendapat tentang "apa itu candi?" atau “apa hewan kesukaanmu?”
3. Pemutaran video secara bersama-sama dengan penekanan pada narasi dan karakter tokoh.
4. Diskusi reflektif dengan pertanyaan kritis: seperti “Apa yang kamu sukai dari karakter kerbau?” atau “Apa yang akan kamu lakukan jika temanmu sedih?”
5. Aktivitas kreatif:

- Menggambar hewan favorit dan menjelaskan maknanya,

- Bermain ekspresi emosi,

- Cosplay hewan dengan catwalk mini,

- Bermain peran atau sosiodrama sederhana.

6. Dokumentasi hasil belajar anak dalam bentuk portofolio mini dan karya kolaboratif di dinding kelas.

Implementasi Wiwara di kelas bukan hanya memberi warna baru dalam pembelajaran berbasis tayangan, tetapi juga menjadi sarana refleksi yang menyenangkan bagi anak-anak untuk mengenal diri, memahami orang lain, dan mencintai budayanya.

Saya percaya bahwa melalui Wiwara, anak-anak kita belajar lebih dari sekadar menonton tetapi mereka juga dapat merasakan, memahami, dan bertumbuh bersama cerita Nusantara