REFLEKSI SELAMA SATU TAHUN MENGAJAR DI KELAS DUA

Oleh: Salsabila Maretta, S.Pd

Mengajar selama satu tahun penuh di kelas 2 SD menjadi perjalanan yang penuh warna, tantangan, dan pembelajaran yang sangat berarti bagi saya sebagai pendidik. Rasanya seperti baru kemarin saya masuk ke ruang kelas itu untuk pertama kalinya, disambut senyuman malu-malu, tatapan penasaran, dan suara riuh anak-anak yang belum saya kenal, tetapi kini menjadi bagian penting dalam perjalanan hidup saya. Kelas ini diisi oleh anak-anak dengan berbagai karakter, ada yang aktif, pendiam, pemalu, cepat tanggap, hingga yang memerlukan pendekatan khusus. Keberagaman ini menjadi salah satu tantangan utama yang saya hadapi selama satu tahun ajaran ini.

Tantangan terbesar dalam mengajar di kelas 2 ini adalah bagaimana menciptakan suasana belajar yang kondusif dan adil untuk semua karakter siswa. Beberapa anak sangat aktif dan mudah memahami materi, sementara yang lain membutuhkan waktu lebih lama dan pendekatan yang berbeda. Menyeimbangkan perhatian agar setiap anak merasa dilibatkan dan dihargai bukanlah hal yang mudah. Selain itu, menjaga fokus anak-anak dalam kegiatan belajar juga menjadi tantangan tersendiri. Jujur, saya tidak selalu berhasil. Ada hari-hari di mana saya pulang dengan perasaan bersalah karena merasa belum cukup adil, belum cukup sabar, atau belum cukup mengerti. Tapi di situlah saya belajar. Belajar bahwa menjadi guru bukan tentang menjadi sempurna, tapi tentang terus mencoba menjadi lebih baik demi mereka.

Perasaan saya selama satu tahun mengajar di kelas ini sungguh campur aduk, namun lebih banyak dipenuhi rasa syukur dan bahagia. Melihat pertumbuhan siswa dari hari ke hari, dari yang takut salah menjadi berani bertanya, dari yang awalnya belum lancar membaca menjadi percaya diri saat membacakan cerita di depan kelas, memberikan kepuasan tersendiri. Saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari proses pembelajaran dan pembentukan karakter mereka di usia yang sangat penting ini.

Seiring waktu, saya menyadari bahwa pendekatan yang sama tidak bisa diterapkan kepada semua anak. Saya belajar bahwa tidak semua anak bisa duduk diam mendengarkan, tapi mereka bisa belajar saat diajak bergerak, bermain, atau bercerita. Saya mulai menyesuaikan cara mengajar dengan lebih banyak menggunakan metode bercerita, bermain peran, audio visual, dan pembelajaran berbasis proyek. Saya juga belajar untuk lebih sabar dan peka terhadap kebutuhan masing-masing anak. Komunikasi dengan orang tua juga saya tingkatkan untuk memahami latar belakang dan kebiasaan siswa di rumah. Semua itu membuat saya lebih bijak dalam menghadapi keragaman sifat anak-anak di kelas.

Ke depannya  saya ingin terus mengembangkan metode pengajaran yang lebih variatif dan menyenangkan, seperti pembelajaran berbasis teknologi sederhana, outdoor learning, dan kegiatan yang kontekstual dengan kehidupan sehari-hari siswa. Saya juga ingin lebih menggali minat dan bakat setiap anak agar mereka bisa belajar dengan cara yang sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Saya percaya bahwa pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna akan membuat anak-anak lebih termotivasi dan bersemangat setiap hari.

Terima kasih, anak-anak kelas 2, untuk satu tahun yang begitu indah. Kalian adalah guru-guru kecil saya yang paling jujur dan paling tulus.  Mengakhiri tahun ajaran ini, saya merasa bangga, bersyukur, dan semakin yakin bahwa menjadi guru bukan hanya tentang mengajar, tapi tentang mendampingi, memahami, dan tumbuh bersama anak-anak yang luar biasa.

Tulis Komentar

Komentar Terbaru

Belum ada komentar.